Pengaruh Perkebunan dan Pertambangan di Hindia Belanda Terhadap Perkembangan Ekonomi Kapitalistik
Posted: Minggu, 24 Maret 2013 by rizki ahmad F in
belaian angin di malam ini membawa ku ke tempat tidur ku lebih cepat. terasa sulit memang bagi ku untuk memejamkan mata kali ini, entah mengapa..
kini aku bermain-main dengan imajinasi ku yang cukup hebat mengobati dimana keadaan aku yang serba tidak seperti dalam imajinasi ku ini. indah memang karena semua yang terpikir oleh ku, aku awali dengan kata seandainya...disertai lagu koes plus turlantun dari pinggir tempat tidurku yang ternyata lantunan ini juga cukup dihayati oleh sahabatku yang setia menemaniku di banyak hari.
Pada bayangan di angin lalu membisikan sebuah kisah bayangan....
Teringat sebuah cerita yang sering saya ceritakan bersama teman-teman saya di beranda wc di sebuah pesantren di kala waktu yang telah lampau. Terkenang semua itu sendiri, lalu saya hanya tersenyum sendiri dan saya ingin membaginya pada teman-teman yang lain.
Saya awali saja ceritanya...
Mungkin saya sudah terlupa kapan waktu kejadian ini terjadi lalu menjadi sebuah cerita yang terus saja hinggap di salah satu otak manusia ini. Yang jelas saya memberi sebuah bocoran, kalau cerita ini tejadi di tahun 2006.
Pada hari itu, kami atau yang disebut juga rendy, boxir, shomad juga tentu saja saya sendiri rizki atau lebih melegenda dengan salah satu nama yang lain yaitu joel (meski kakak saya sering menyebut saya mengklaim nama itu. Karena joel merupakan juga nama legenda dari kakak saya. Padahal nama legenda saya banyak hey.). memiliki sebuah rencana untuk berpacaran bareng (lucu memang, ketika aku mengingatnya saat ini).
Diawali dengan negosiasi kami dengan mereka sang pacar untuk bisa nge-date pada hari itu, cukup menegangkan memang karena di hari itu, aku ditunjuk oleh teman-teman yang lain untuk menang dalam negosiasi. Dan akhirnya terjadilah apa itu yang dinamakan nge-date....
Angin mendayu-dayu menggoyahkan kaki yang tergopoh-gopoh untuk melangkah. Bendera yang aku lihat di sebuah gedung pemerintahan seperti ingin menampakan seluruh tubuhnya untuk disetubuhi. Aku berjalan diantara itu. Ketika matahari hilang dikalahkan mendung yang menjadi ketika akan hujan aku masih berjalan. Itulah aku hari itu.
Masih pikiran ku kalut, bimbang, bahkan bingung harus menentukan pilihan. Aku berjabat erat dengan banyak kejadian mengejutkan akhir-akhir ini. Aku bukan terkejut karena akan menghadapi hal-hal itu, tapi aku terkejut karena aku bisa menggambarkan dengan begitu tepat sebelumnya. Padahal ketika itu jiwaku sepi terlantar diantara jiwa yang lain yang aku pandang meriah. Sunyi-senyap menyentuh tiap sisi diri, menyambar, bahkan membakar.
betapa waktu tidak terasa lagi berpindah dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, bahkan dari tahun ke tahun..semuanya begitu saja berlalu. membuatkan sejarah bagiku untuk mengkajinya di banyak waktu ke depan. karena aku yakin waktu yang telah lampau itu memiliki kisah yang harus di kaji juga menjadi sebuah referensi buat bagian waktu yang kan datang menghampiri....
ingin sekali waktu itu berhenti sejenak..menungguiku melihat keadaan sekitar hingga aku dapat memahami akan keseluruhan isi dari makna yang telah terlewat. karena waktu yang lampau itu membikin sejarah, dan aku yakin bahwa sejarah itu akan berulang...sebab pada hakikatnya hidup itu seperti halnya jam dinding, berputar untuk menemui anga-angka yang itu saja..begitupun hidup. tidak lebih seperti itu...